Bergegas siap untuk melangkahkan kaki ke tempat paling tinggi.
Ke puncak gunung, itulah tujuannya.
Bergegas untuk mengambil tempat untuk menonton pagi.
Menyaksikan itu semua terjadi, sejak langit masih gelap.
Pagi menggeliat, angin berhembus, membawa sisa tadi malam.
Embun mengelus lembut kulit, menenangkan pori-pori, merelaksasi.
Burung-burung bernyanyi dalam orkestra sambut pagi.
Burung-burung menari dalam koreografi sambut mentari.
Di ufuk timur mentari mengintip perlahan.
-Foto Sunrise diambil dari Puncak Gunung Cikuray-
Bias cahayanya membentuk siluet mistis di langit dan awan.
Garis-garis berwarna oranye kemerahan, perlahan sangat pelan.
Mentari layaknya bangun laksana insan, menjalani putaran yang di kodratkan alam.
Cahayanya perlahan meluas. Perlahan dirayapi oleh terang.
Sangat perlahan, sangat pasti.
Cahaya yang merangkak mendaki, mengingatkan semua yang di teranginya untuk bangun.
Bangun dan hadapi kehidupan, karena Tuhan masih memberikan kesempatan itu.
Untuk satu hari lagi.
Menggelihatlah pagi! Seru mentari. Titah Sang Hyang Widhi padaku.
Mengabdilah wahai insan-insan, wahai makhluk-makhluk, wahai siapapun yang melangkahkan kakinya ataupun menanam akarnya di muka bumi ini.
Kesempatan itu masih datang sehari lagi.
Meski esok bahkan mentari tak berjanji akan melakukan ini lagi.
Puncak Gunung Cikuray
2821 MDPL, Jawa Barat
September, 2012