Lembah kasih ini yang begitu menyejukkan
jiwa. Keasrian belum begitu berubah, alas lembahnya yang landai masih ditumbuhi
rerumputan hijau yang lembut. Diatas alas rumput masih subur ditumbuhi
beribu-ribu pohon edelweis yang tingginya rata-rata satu meter, terdapat sumber
mata air jernih yang mengalir. Jarak yang ditempuh menuju Lembah Mandalawangi dari
puncak Pangrango tidak terlalu lama, sekitar lima belas menit untuk menuju
kesana.
Ini hasil fotoku saat berkunjung ke Mandalawangi 20 April 2013
Dan, Mandalawangi - Pangrango adalah tempat yang
membuat Soe Hok Gie mencintainya. Sehingga tercipta sebuah puisi untuk
Mandalawangi - Pangrango. Alun - alun Mandalawangi di gunung Pangrango adalah
tempat favoritnya. Dia meninggal di gunung Semeru bersama seorang kawannya
akibat menghirup gas beracun yang menghembus dari kawah Mahameru, tanggal 16
Desember 1969, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke - 27. Pada tahun 1975,
makamnya dibongkar dan tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak
Gunung Pangrango.
Senja
itu
Ketika
matahari turun ke jurang - jurangmu
Aku
datang kembali ke dalam ribaanmu
Dalam
sepimu dan dalam dinginmu
Walau
setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku
bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan
aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti
kau terima dalam daku
Aku
cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu
adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu
adalah misteri segala
Cintaku
dan cintamu adalah kebisuan semesta
Malam
itu
Ketika
dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau
datang kembali dan berbicara padaku
Tentang
kehampaan semua
Hidup
adalah soal keberanian
Menghadapi
tanda tanya tanpa kita mengerti
Tanpa
kita menawar
Terimalah
dan hadapilah
Dan
diantara ransel - ransel kosong dan api unggun yang membara
Aku
terima ini semua
Melampaui
batas - batas jurangmu
Aku
cinta padamu, Pangrango
Karena
aku cinta pada keberanian hidup
by
Soe Hok Gie
Cita - cita Soe Hok Gie untuk mati di tengah alam betul
- betul kesampaian. Cocok dengan ungkapan dari puisi Yunani yang suka
dikutipnya; “Nasib terbaik adalah
tak dilahirkan. Yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah
umur tua. Bahagialah mereka yang mati muda.”
Soe Hok Gie
memang mati muda. Tapi semangatnya tetap hidup dan memberi inspirasi
pada banyak orang. Sampai saat ini, puisi Mandalawangi - Pangrango menjadi
puisi wajib bagi para pendaki gunung.
“Merindukan cahaya bulan yang berbincang dengan hembusan bayu,
Merindukan embun yang menetes manja di pucuk - pucuk Edelweis”
#BelantaraIndonesia
No comments:
Post a Comment