Harapan pada sebuah
kenyataan yang sangat biasa
Pergi meninggalkan akar,
dengan sedikit cerita akan kebesaran masa silam
Potret dunia yang berbeda
telah memisahkan pribumi dengan rumah berhalaman
Demi sebuah harapan untuk
meraih mimpi-mimpi yang tak “nyata”
Dimanakah letak kenyataan,
jika kebahagiaan di ukur dengan materi dan kedudukan
Logam dan beton menjadi
bangunan-bangunan angkuh menggambarkan masa yang ada
Tak ada halaman, tak ada
suara riang bocah berlarian bersambut burung berkicau merdu
Ketika malam tiba, mesin
pun padam seiring mesin-mesin bernama manusia yang kembali tertidur
Tinggalah lampu-lampu dan
bising gemerlap temani para pencari nikmat, menggambarkan kerinduan mereka pada
kenyataan
Masa telah berlari begitu
jauh
Meninggalkan kampung
halaman, menuju hamparan peradaban kota
Kenyataan, mulai lenyap
tersapu impian yang tak lebih dari sebuah topeng indah menutupi kekosongan
Kenyataan itu adalah
kampung yang penuh kebersahajaan, kampung yang selalu memberi ruang bagi
burung-burung berkicau dan riak air sungai
Kepalsuan dan kekosongan
adalah kota, kota yang begitu angkuh dan tak punya apa-apa