Ulfa Widya Lestari

Ulfa Widya Lestari
Aku suka sekali melihat momen saat matahari mulai terbenam. Senja itu begitu cepat berubah, memberikan pesona yang menghanyutkan, sebentar, lantas meninggalkan bumi dalam kelam. Gelapnya malam akan kulalui dengan penuh rancangan untuk hari esok, hingga matahari terbit datang dan menyapaku dengan sinarnya yang terang. ."

Monday, July 9, 2012

Nyanyian Jiwa

Harapan pada sebuah kenyataan yang sangat biasa
Pergi meninggalkan akar, dengan sedikit cerita akan kebesaran masa silam
Potret dunia yang berbeda telah memisahkan pribumi dengan rumah berhalaman

Demi sebuah harapan untuk meraih mimpi-mimpi yang tak “nyata”



Dimanakah letak kenyataan, jika kebahagiaan di ukur dengan materi dan kedudukan
Logam dan beton menjadi bangunan-bangunan angkuh menggambarkan masa yang ada
Tak ada halaman, tak ada suara riang bocah berlarian bersambut burung berkicau merdu
Ketika malam tiba, mesin pun padam seiring mesin-mesin bernama manusia yang kembali tertidur
Tinggalah lampu-lampu dan bising gemerlap temani para pencari nikmat, menggambarkan kerinduan mereka pada kenyataan

Masa telah berlari begitu jauh
Meninggalkan kampung halaman, menuju hamparan peradaban kota
Kenyataan, mulai lenyap tersapu impian yang tak lebih dari sebuah topeng indah menutupi kekosongan
Kenyataan itu adalah kampung yang penuh kebersahajaan, kampung yang selalu memberi ruang bagi burung-burung berkicau dan riak air sungai

Kepalsuan dan kekosongan adalah kota, kota yang begitu angkuh dan tak punya apa-apa




Sunday, July 8, 2012

Sedikit ulasan tentang Anjal

Ada yang ingin aku bahas dan terbentuklah rangkaian kata-kata untuk aku simpan di blog ini:

Anak jalanan atau biasa disingkat Anjal, begitulah kita menyebutnya....
merupakan potret kehidupan anak-anak yang kesehariannya sudah akrab di jalanan.


Fenomena anak jalanan akhir-akhir ini sudah menjadi bagian hidup yang tak terelakkan dari kota-kota besar. Kota yang terus mengalami kemajuan secara “fisik” dengan dibarengi oleh hiruk pikuk kemegahan sebuah zaman.  Permasalahan di kota menjadi sangat kompleks dan heterogen salah satu hal yang mucul adalah kaum termarginalkan. Kaum termarginalkan ini adalah orang-orang atau kelompok/masyarakat yang terasingkan dan terpinggirkan dalam kehidupan yang disebabkan oleh suatu kebijakan/system yang berlaku di suatu pemerintahan yang “doyan” dengan penindasan.

Anak jalanan merupakan salah satu kelompok anak yang termarginalkan. Anak jalanan hidup dan berkembang ditengah-tengah kemegahan dan kemajuan kota-kota besar. Kehidupan yang keras baik secara fisik maupun psikis dan penuh dengan ketidak pastian adalah “teman” sehari-hari mereka. Gambaran kehidupan mereka sangat memprihatinkan dan sangat berbanding terbalik dengan tempat mereka hidup di kota-kota besar yang katanya penuh dengan kelayakan hidup. Akan tetapi, mereka masih memiliki sebuah semangat yaitu untuk survive dan bermimpi.

Realita sekarang ini, anak-anak jalanan semakin terkucilkan di dalam panggung kehidupan bermasyarakat. Ditambah dengan stigma yang masih melekat di tubuh masyarakat menjadikan anak jalanan menjadi “sampah” kota yang harus di singkirkan, bahkan ingin dimusnahkan dengan cara-cara represif  dan tidak manusiawi. Stigma yang masih melekat di masyarakat ini harus kita rubah secara bersama-sama melalui proses penyadaran untuk mencapai sebuah solusi dalam penanganan permasalahan anak jalanan yang kompleks ini. Ingatlah, sejatinya anak jalanan adalah warga negara yang memiliki hak atas kehidupan yang layak.

Anak jalanan bukannya sekelompok anak yang hidup tanpa mimpi, cita-cita, maupun harapan. Namun anak jalanan hidup dan memiliki sebuah mimpi besar akan sebuah masa depan yang cemerlang. Walaupun anak jalanan hidup dalam ketidak pastian, akan tetapi mereka tetap dan selalu bermimpi untuk sebuah kepastian hidup. Mimpi merupakan rangkaian visi indah anak jalanan akan masa depan hidupnya, dan semangat hidup yang kuat menjadi “alat transportasi” mereka untuk mewujudkan mimpi tersebut. Mimpi-mimpi anak jalanan ini menjadi vitalisasi ungkapanNothing is Impossible.