Ulfa Widya Lestari

Ulfa Widya Lestari
Aku suka sekali melihat momen saat matahari mulai terbenam. Senja itu begitu cepat berubah, memberikan pesona yang menghanyutkan, sebentar, lantas meninggalkan bumi dalam kelam. Gelapnya malam akan kulalui dengan penuh rancangan untuk hari esok, hingga matahari terbit datang dan menyapaku dengan sinarnya yang terang. ."

Monday, July 9, 2012

Nyanyian Jiwa

Harapan pada sebuah kenyataan yang sangat biasa
Pergi meninggalkan akar, dengan sedikit cerita akan kebesaran masa silam
Potret dunia yang berbeda telah memisahkan pribumi dengan rumah berhalaman

Demi sebuah harapan untuk meraih mimpi-mimpi yang tak “nyata”



Dimanakah letak kenyataan, jika kebahagiaan di ukur dengan materi dan kedudukan
Logam dan beton menjadi bangunan-bangunan angkuh menggambarkan masa yang ada
Tak ada halaman, tak ada suara riang bocah berlarian bersambut burung berkicau merdu
Ketika malam tiba, mesin pun padam seiring mesin-mesin bernama manusia yang kembali tertidur
Tinggalah lampu-lampu dan bising gemerlap temani para pencari nikmat, menggambarkan kerinduan mereka pada kenyataan

Masa telah berlari begitu jauh
Meninggalkan kampung halaman, menuju hamparan peradaban kota
Kenyataan, mulai lenyap tersapu impian yang tak lebih dari sebuah topeng indah menutupi kekosongan
Kenyataan itu adalah kampung yang penuh kebersahajaan, kampung yang selalu memberi ruang bagi burung-burung berkicau dan riak air sungai

Kepalsuan dan kekosongan adalah kota, kota yang begitu angkuh dan tak punya apa-apa




No comments:

Post a Comment