aku mendadak ingat
kepada kertas lama seperti booklet kenangan masa SMA
pada kata-kata, tingkah, dan pemikiran yang lembut
kepada dia yang dulu pernah mengajarkan betapa indahnya makna ikhlas
seperti yang dulu Tuhan ajarkan kepadanya
hari demi hari terlewati dan kami sama-sama melangkah maju
dengan kata ikhlas yang terus aku dan dia pegang, berjalan dalam jalannya masing-masing
menyadarkan bahwa kami tidak memiliki apa-apa
tapi hanya Tuhan yang masih memegangiku
kepada dia yang menjadikan aku sedemikian dalam berpikir
merubah patokan umur menjadi kedewasaan yang menyejukkan
ketika ikhlas selalu menjadi jawaban saat Tuhan mencabut apa yang Dia pinjamkan
karena waktu adalah garis,
waktu adalah satu garis sempurna yang terus melaju tidak pernah mundur
kepada dia yang telah membuat tinta-tinta berceceran mengotori kertas putih
sekarang aku merasa rindu sedang datang
pikiran dan hatiku inginnya seluas lautan, sedalam palung mariana
bertapa di hutan mungkin dapat membantu, kalau ketenangan adalah imbalannya
bukankah bulan tidak akan terpantul sempurna pada air yang beriak?
sama.
ini namanya mungkin kasih sayang Tuhan
memelukku kembali dengan jalan yang Dia pilih
tidak tahu sampai kapan keringat dingin ini akan berlanjut
tidak tahu kapan gemetar badan ini akan berhenti
tidak tahu kapan rasa menusuk di dada ini lenyap tidak berbekas
tapi aku tahu, paling tidak aku tahu
jatuh tersandung adalah manusiawi,
darah dan nanah membanjir itu pembelajaran
rasa sakitnya menguatkan
kepada aku yang sedang bercermin di air yang keruh
tepuk pipiku sedikit pasti akan sedikit perih
karena pantas saja berputar di jalur yang sama, tidak pernah keluar
biarlah ini karma
bagaimana aku memperlakukan orang, seperti itu juga aku akan diperlakukan
tetapi sekarang,
biarlah, biarlah sudah terlanjur terjadi
mauku apa? aku lakukan apa?
sudah lanjutkan saja cerita-cerita, menikmati kehidupan
toh suatu saat semua ini sama akan menjadi kertas lembaran yang menguning
sama seperti booklet SMA
haaaah, aku jadi rindu pada langit malam yang cerah penuh kerlap-kerlip
tidak perlu lagi takut gelap, saat gelap membantu belajar tenang
suatu saat aku tidak perlu lagi menghidupkan lilin apalagi merutuki gelap,
saat dengan gelap aku bisa mendapatkan ketenangan yang aku mau
untuk kembali siap menghadapi ruangan yang penuh cahaya
tetaplah tersenyum, ulfa widya
karena serangan ini, menguatkanmu
kepada diriku sendiri yang sedang meracau
25 September 2013
20 . 27