Apa rasanya menemukan titik
pembentuk garis lintas kebahagiaan? Apa rasanya menemukan titik yang kau
sebut-sebut sebagai alasan untuk pulang? Dulu aku tidak pernah tahu. Bahkan tak
pernah terpikir untuk memintanya. Sekarang aku menemukan titik itu.
Titik itu berporos pada sorot
matamu yang kuat. Titik itu telah melahirkan banyak senyuman yang kujaga dalam
diam. Titik itu nanti yang akan menyebrangkan aku dari kota kenangan ke kota
ketenangan. Titik itu juga yang akan menghapus jejak-jejak kehilangan dan
menumbuhkan kembali rona-rona merah pada pipi.
Aku rindu titik itu. Haruskah
aku menciptakan taktik agar kamu melirik? Aku selalu berbisik dalam doa, agar
setiap pandanganmu melahirkan cara untuk membuatku berulang-ulang jatuh cinta.
Sebanyak apapun tanggal-tanggal yang tersilang lewat dalam pandang, aku tak
ingin suatu hari nanti tercipta hari bersejarah saat luka juga kau undang.
Hingga malam tak pernah manis lagi karena seisi kamarku ramai oleh tangis.
Untukmu yang terlalu mencintai
‘suatu hari nanti’, aku ingin mengaminkan keindahan rahasia Pencipta. Tidak
akan ada yang tahu tentang perkara hari esok, cukup pejamkan mata dan nikmati
hari ini. Angan terlalu tajam untuk kita telan buru-buru. Pelan-pelan saja.
Setidaknya aku bersyukur, aku menemukan titik itu. Semoga kita menyatu sebagai
garis yang tak terputuskan.
-noniatari-
No comments:
Post a Comment